Garut, 08/09/2024.
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Biasanya terjadi pada rentang usia 10 sampai 18 tahun. Pada masa ini, biasanya terjadi beberapa perkembangan, seperti fisik, psikologi, dan intelektual. Lebih khusus lagi, remaja juga mengalami sederet perubahan emosi. Perubahan atau perkembangan emosi inilah yang kadang kurang disadari baik oleh anak, orang tua, ataupun guru, sehingga terkadang menimbulkan kemacetan komunikasi antara anak dengan orang tua atau dengan guru yang berujung pada ketidakharmonisan hubungan. Bahkan lebih jauh lagi, anak akan mencari ‘pelarian’ dari berbagai masalah pada hal-hal negatif seperti merokok, narkoba, self harm, dan lain-lain.
Berangkat dari hal di atas, Mln/MA Persis Tarogong merasa perlu untuk memberikan edukasi kepada orang tua dan guru sehingga bisa mendeteksi dini perubahan atau gejolak emosi remaja tersebut. Dengan begitu, baik orang tua dan guru bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Maka, pada Sabtu, 07 September 2024 Mln/MA Persis Tarogong mengundang Teh Shaila Hanifah Zainab, M.Psi., seorang psikolog sekaligus konselor sekolah dan pesantren untuk berbagi solusi dari permasalahan tersebut di atas dari sisi psikologis remaja kepada orang tua/wali santri kelas 11 dan juga beberapa asatidzah. Kegiatan tersebut dikemas dalam bingkai Psikoedukasi dan Sosialisasi Program Kelas 11 yang dilaksanakan di Aula Multimedia Mln/MA Persis Tarogong.
Psikoedukasi menurut Mottaghipour & Bickerton merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada individu/keluarga untuk memperkuat strategi koping atau cara khusus dalam mengatasi permasalahan psikologis atau perubahan mental yang dialami oleh individu. Teh Shaila dalam pemaparannya menyampaikan bahwa penyebab gejolak emosi pada remaja adalah karena perubahan hormonal (pubertas dan siklus menstruasi) dan perkembangan otak (prefrontal cortex masih berkembang dan sistem limbix yang sangat aktif). Gejolak ini bisa menyebabkan santri sulit konsentrasi, motivasi menurun, produktivitas rendah, perilaku impulsif, dan lain-lain sehingga perlu dideteksi dini dan dicarikan solusinya.
Sedikitnya terdapat dua solusi yang ditawarkan oleh Teh Shaila, yaitu (1) menciptakan lingkungan rumah yang aman dan suportif dengan membangun komunikasi terbuka seperti family meeting, orang tua harus bisa menjadi role model, berikan aprsiasi dan pujian, serta hindari membandingkan anak. Â (2) mengajarkan keterampilan koping dengan teknik relaksasi seperti memperbanyak zikir kepada Allah, komunikasi asertif, mindfulness, fokus pada solusi, dan manajemen waktu yang baik. Selain itu, Teh Shaila pun berikan langkah-langkah praktis yang bisa digunakan dalam membantu mengatasa gejolak emosi remaja.
Kegiatan yang berlangsung sekitar tiga jam ini ditutup dengan pemaparan program-program yang akan dihadapi oleh santri kelas 11 yang disampaikan langsung oleh H. Aan Adam, Lc., Mudir Mu’allimin. Dalam pemaparannya, H. Aan mengajak para orang tua untuk sama-sama memberikan dukungan pada kegiatan yang akan dihadapi santri seperti pemilihan ketua RGM dan UGM, study tour, pra jam’iyyah, bina karir, dan lain-lain. (red-as)
Leave a Reply
Warning: Undefined variable $user_identity in /home/u1489582/public_html/wp-content/themes/oceanwp/comments.php on line 41